
Sinergia | Kab. Magetan – Pemerintah Kabupaten Magetan mulai menggulirkan arah pembangunan lima tahun ke depan melalui Forum Konsultasi Publik Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) 2025–2029 yang digelar Selasa (17/06/2025) di Ruang Rapat Ki Mageti.
Bupati dan Wakil Bupati Magetan, Nanik Endang Rusminiarti – Suyatni Prihasmoro, memaparkan lima program prioritas yang diklaim menjadi fondasi transformasi daerah. Mulai dari peningkatan kualitas SDM, pertanian modern, perbaikan infrastruktur, penguatan ekonomi lokal, hingga pemberdayaan komunitas RT dan pelestarian budaya.
Salah satu program yang disorot adalah beasiswa kedokteran bagi pelajar dari keluarga kurang mampu. Tujuannya baik, agar Magetan tak terus bergantung pada tenaga medis dari luar daerah. Tapi efektivitas program ini akan sangat bergantung pada keberlanjutan pendanaan dan pemantauan ketat, terutama pada proses seleksi yang transparan.
Pada sektor pertanian, Pemkab mengusung hilirisasi dan sistem pertanian organik. Tapi tantangannya bukan hanya soal bibit dan pupuk, melainkan bagaimana petani bisa masuk dalam ekosistem industri kreatif yang kerap menuntut literasi digital dan inovasi produk yang masih jauh dari jangkauan sebagian besar petani tradisional.
Begitu juga dengan janji pembangunan infrastruktur seperti akses jalan, trotoar, hingga ruang publik. Janji ini sejatinya bukan barang baru. Banyak warga masih menunggu janji-janji serupa yang digaungkan sejak RPJMD sebelumnya—yang sayangnya tak selalu berujung pada pelaksanaan yang utuh dan berkelanjutan.
Sektor ekonomi rakyat dan wisata juga mendapat porsi perhatian, dengan rencana revitalisasi Pasar Sayur, penataan Pasar Hewan dan Pasar Burung, hingga penguatan UMKM. Meski begitu, tanpa reformasi dalam perizinan, akses modal, dan distribusi pasar, UMKM masih bisa terjebak dalam pola bertahan, bukan berkembang.
Sementara itu, program pemberian dana tahunan untuk RT dan pelestarian budaya lokal menunjukkan niat membangun dari level paling bawah. Tetapi mekanisme akuntabilitas dan evaluasi perlu disiapkan sejak awal agar tidak sekadar menjadi bantuan simbolik yang menyulitkan pelaporan dan justru menambah beban administratif.
Di luar lima program utama, Pemkab Magetan juga menggulirkan dua proyek besar: relokasi Pasar Hewan Parang dan pembangunan Sirkuit Magetan. Dua inisiatif yang tak kalah ambisius, tapi belum sepenuhnya menjawab kekhawatiran soal urgensi, keberlanjutan, dan dampak jangka panjang.
Kepala Bappeda Jawa Timur, Muhammad Yasin, yang hadir dalam forum tersebut mengapresiasi langkah cepat Pemkab Magetan. Ia menyatakan bahwa arah kebijakan yang dipilih Magetan sudah cukup sinkron dengan program strategis provinsi dan nasional.
“Pembangunan itu bukan urusan pusat atau provinsi saja. Kabupaten seperti Magetan justru punya peran penting,” ujar Yasin.
Ia juga menilai, program beasiswa kedokteran misalnya, sudah sejalan dengan arah kebijakan Jatim Cerdas dan Jatim Sehat yang dicanangkan Pemerintah Provinsi.
Disisi lain, janji telah diumumkan, peta jalan telah digelar. Kini masyarakat menanti langkah nyata. Sebab, pembangunan yang berhasil tidak ditentukan dari seberapa indah visinya, tetapi dari seberapa jauh dampaknya bisa dirasakan hingga ke kampung-kampung yang jarang tersorot kamera.
Dan seperti yang sering diungkap warga: pembangunan sejati bukan tentang berapa banyak baliho yang berdiri, tapi tentang berapa banyak jalan yang bisa dilalui tanpa takut ban pecah.
Kusnanto – Sinergia