
Sinergia | Magetan – Harapan besar menjadikan Eco Bamboo Park (EBP) sebagai ikon baru sekaligus pusat edukasi bambu di Jawa Timur tampaknya jauh dari kenyataan. Dua tahun sejak digagas di Kelurahan Tinap, Kecamatan Sukomoro, Kabupaten Magetan, kawasan seluas 18,5 hektare itu kini lebih sering dimanfaatkan warga sekitar untuk mencari rumput ketimbang menjadi destinasi wisata ramah lingkungan.
Sebelum dialihfungsikan, lahan tersebut dikenal subur dengan hasil pertanian melimpah. Sriatun dan Supatmi, warga sekitar, mengingat masa ketika sawah dan ladang di sana menghasilkan padi, jagung, hingga tebu dengan nilai ekonomi tinggi. Namun sejak ditanami bambu, penghasilan warga hilang. “Banyak bambunya malah kerdil, sebagian mati,” ujar keduanya.
Eco Bamboo Park awalnya diproyeksikan sebagai pusat informasi bambu, kebun raya, serta untuk mendukung target nasional 30 persen ruang terbuka hijau. Sayangnya, hingga kini master plan tak terlihat. Penataan kawasan amburadul, sarana pendukung minim, dan akses jalan tidak tertata. Alih-alih megah sebagai ikon, kawasan itu lebih menyerupai lahan terbengkalai.
Dengan kondisi bambu yang merana, EBP dinilai sulit berkembang sebagai destinasi wisata edukasi maupun pusat ekonomi bambu. Padahal, potensi bambu cukup besar, baik untuk kerajinan maupun konstruksi ramah lingkungan. Hingga kini, impian menjadikan Eco Bamboo Park sebagai magnet wisata Magetan masih jauh dari kenyataan.
Kusnanto – Sinergia