
Sinergia | Kab. Magetan – Di sudut tenang Perumahan Banjarsari Raya, Magetan, Jawa Timur, terdapat sosok yang diam-diam menorehkan jejak panjang dalam dunia musik. Nogling S. adalah pencipta lagu yang telah menempuh perjalanan musiknya sejak tahun 2006. Perjalanan yang tidak dimulai dari studio mewah atau panggung gemerlap, melainkan dari lantai jalanan yang menjadi saksi awal kecintaannya terhadap musik.
“Saya mencintai musik sudah sejak kecil, namun mulai terjun pada dunia musik profesional pada tahun 2006, dan bertahan hingga sekarang,” ujar pria berusia 47 tahun itu, Selasa (06/05/2025).
Berbekal semangat dan keberanian untuk mengubah nasib, Nogling mulai menulis lagu-lagu yang ia harapkan mampu membuka pintu rezeki dan mengangkat kehidupannya. Dalam proses kreatifnya, ia tidak sendirian. Kedekatannya dengan maestro musik campursari almarhum Didi Kempot menjadi cahaya penuntun yang memberinya semangat dan arah dalam bermusik. Dari Didi Kempot-lah, ia belajar bahwa musik bukan sekadar hiburan, melainkan bahasa jiwa yang bisa menyentuh banyak orang.
“Sempat, bahkan sebelum beliau (almarhum Didi Kempot) dijuluki sang maestro, saya berada di belakang layar membersamainya. Ketika itulah saya mendapat banyak pengalaman berharga”, lanjutnya.
Keterbatasan tidak menjadi alasan untuk berhenti. Dengan alat musik sederhana dan perangkat editing yang jauh dari kata ideal, Nogling tetap melahirkan karya-karya yang apik. Hingga kini, setidaknya 110 lagu telah ia ciptakan, 95 di antaranya telah dirilis dan bahkan dibawakan oleh penyanyi-penyanyi kondang di Jawa Timur.
“Sisa lagu yang belum dirilis itu untuk tabungan. Sambil melihat pangsa pasar,” terang pencipta lagu Magetan Ninggal Kenangan.
Namun, perjalanan ini bukan tanpa tantangan. Di tengah geliat industri musik yang semakin digital dan kompetitif, Nogling tetap teguh menjaga idealismenya. Ia mengeluhkan minimnya perlindungan terhadap hak cipta dan kekayaan intelektual para pencipta lagu, yang membuat banyak karya tersebar tanpa kejelasan manfaat ekonomis. Baginya, peran negara masih sangat dibutuhkan untuk memberi kepastian dan keadilan bagi para seniman.
Meski belum mencapai popularitas yang luas, lagu-lagu Nogling telah tersebar di berbagai platform media sosial. Ia tidak menyalahkan keadaan, melainkan menyebut belum terkenalnya karyanya sebagai urusan keberuntungan. Ia justru menyesalkan maraknya penggunaan bahasa tidak etis dalam karya-karya musik masa kini.
“Saya akan berkomitmen untuk tetap membawa pesan yang baik melalui lirik-lirik lagu ciptaan saya,” pungkasnya.
Nogling S bukan hanya pencipta lagu, ia adalah potret keteguhan dalam berkarya. Musik telah menjadi bagian dari hidupnya, dan selama nafas masih ada, ia bertekad untuk terus mengalunkan nada—meski dalam kesunyian, meski tanpa tepuk tangan.
Kusnanto – Sinergia