Menilik Penyulingan Tanaman Nilam, Jadi Bahan Baku Minyak Atsiri Bernilai Tinggi

Image Not Found
Warga yang tergabung dalam Kelompok Tani Hutan (KTH) Lentera O3 menunjukkan minyak atsiri, Foto : Istimewa

Sinergia | Kota Madiun Lahan kosong seluas 500 meter persegi yang dulunya tak terurus di Jalan Halmahera, Kelurahan Oro Oro Ombo, Kecamatan Kartoharjo, Kota Madiun kini menjelma menjadi kebun hijau penuh potensi. Di atas tanah itu, ratusan tanaman nilam tumbuh subur dan bersiap dipanen. Siapa sangka, daun-daun kecil ini menyimpan peluang besar untuk menjadi sumber ekonomi baru warga.

Diketahui, tanaman nilam dikenal sebagai bahan baku minyak atsiri bernilai tinggi. Dari situlah semangat baru tumbuh di kalangan masyarakat, khususnya kelompok warga yang tergabung dalam Kelompok Tani Hutan (KTH) Lentera O3. Dibentuk pada Februari 2025, kelompok ini konsisten mengembangkan budidaya nilam dengan teknik stek batang untuk memastikan kualitas pertumbuhan yang optimal.

“Kami tidak langsung menanam ke tanah. Bibit nilam terlebih dulu kami rawat dalam polybag selama sekitar satu setengah bulan. Setelah itu baru dipindahkan ke lahan,” ujar Tomi Hariyanto, Ketua KTH Lentera O3.

Menurutnya, saat ini sudah ada sekitar 800 bibit yang ditanam dengan sistem tersebut. Nilam memiliki kandungan minyak atsiri yang dibutuhkan industri parfum, sabun, hingga produk anti nyamuk. Proses penyulingannya memakan waktu cukup lama, sekitar lima jam, dan menghasilkan sekitar 70 ml minyak dari 4 kg daun kering. Nilai jualnya pun menggiurkan, bisa mencapai Rp600 ribu hingga jutaan rupiah per kilogram.

Tak hanya itu, keseriusan KTH Lentera O3 dalam mengembangkan nilam juga menarik perhatian pihak luar. Salah satu mitra yang kini siap bekerja sama adalah Mazano Tech dari Yogyakarta. Mereka berkomitmen menampung hasil panen, asalkan budidaya berjalan berkelanjutan.

“Kami terinspirasi oleh semangat Pak Wali. Harapannya, lewat inovasi pertanian ini, kami bisa ikut membawa nama Kota Madiun ke level yang lebih tinggi,” kata Tomi.

Langkah-langkah kecil dari warga ini menunjukkan bahwa inovasi tidak harus lahir dari pusat kota atau gedung bertingkat. Dari balik pagar sederhana dan tanah kosong yang dihidupkan kembali, lahirlah sebuah harapan. Harapan akan masa depan yang lebih mandiri, kreatif, dan berdaya saing global dimulai dari aroma khas nilam.

Surya – Sinergia

Bagikan ke :

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *