
Sinergia | Magetan – Lagu kebangsaan Indonesia Raya menggema di Sirkuit Motegi Mobility Resort, Jepang, Minggu (13/07/2025), tepatnya dari arena balap motor Asia Road Racing Championship (ARRC). Muhammad Adenanta Putra, pembalap muda asal Magetan, Jawa Timur, mencetak sejarah dengan meraih kemenangan gemilang di kelas Supersport 600 (SS600), Race 2. Namun, lebih dari sekadar kemenangan, sorotan dunia tertuju pada satu momen ikonik usai balapan.
Adenanta berdiri di atas motornya, lalu menggulungkan tangan dan mengibaskannya seperti gerakan khas tradisi Pacu Jalur dari Riau. Aksi tersebut bukan hanya membuatnya viral di jagat maya, tapi juga mengukuhkan dirinya sebagai representasi dari semangat muda yang membawa identitas bangsa ke level internasional.
Memulai balapan dari posisi kedua, Adenanta langsung merebut posisi terdepan pada lap pertama. Dalam 12 putaran penuh tekanan, ia mempertahankan posisinya tanpa sekalipun tergeser. Waktu finisnya: 23 menit 02,586 detik—cukup untuk menaklukkan rival senegaranya, Wahyu Nugroho, yang finis kedua dengan selisih hanya 0,496 detik.
Dengan kemenangan ini, Adenanta melesat ke puncak klasemen sementara SS600, mengoleksi 108 poin, unggul 7 poin dari Kasma Daniel, pembalap asal Malaysia.
“Race ini sangat berat secara fisik dan mental, tapi saya merasa siap. Kemenangan ini saya persembahkan untuk Indonesia,” ucap Adenanta dalam konferensi pers usai balapan.
Kemenangan Race 2 melengkapi performa impresif Adenanta di Race 1 sehari sebelumnya, di mana ia berhasil naik podium ketiga. Dengan waktu 23 menit 01,225 detik, ia mengamankan tambahan poin krusial dalam perburuan gelar musim ini.
Dengan hanya satu seri tersisa, Adenanta kini menjadi kandidat kuat juara ARRC SS600 musim 2025. Seri pamungkas akan digelar di rumah sendiri, Sirkuit Mandalika, NTB, pada 30–31 Agustus 2025—sebuah panggung yang bisa menjadi klimaks kariernya tahun ini.
Selebrasi ala Pacu Jalur yang ditampilkan Adenanta menjadi perbincangan hangat. Aksi spontan namun sarat makna itu menuai pujian karena menyiratkan bahwa balapan bukan semata kompetisi kecepatan, tapi juga bisa menjadi medium ekspresi budaya.
“Dia bukan hanya pembalap, tapi juga duta budaya Indonesia,” tulis salah satu netizen dalam unggahan yang viral di platform X (Twitter), disertai video slow-motion selebrasi Adenanta yang telah ditonton jutaan kali.
Tak sedikit pula yang berharap agar aksi seperti itu menjadi identitas pembalap-pembalap muda Indonesia ke depannya menyatukan prestasi dan kebanggaan budaya dalam satu tarikan gas.
Kusnanto – Sinergia