Petani Lereng Gunung Lawu Merugi, Tanaman Membusuk dan Harga Anjlok

Image Not Found
Petani di lereng gunung lawu mengalami kerugian karena gagal panen, Foto : Kusnanto – Sinergia

Sinergia | Kab. Magetan — Cuaca ekstrem yang terus menghantam kawasan lereng Gunung Lawu, Kabupaten Magetan, Jawa Timur, selama dua pekan terakhir berdampak serius pada sektor pertanian. Kabut tebal dan curah hujan tinggi yang turun hampir setiap hari menyebabkan kerusakan parah pada tanaman sayuran. Hal itu membuat para petani kelimpungan menghadapi gagal panen dan anjloknya harga jual hasil pertanian.

Kerusakan paling parah terjadi pada tanaman kentang, tomat, dan cabai. Ketiganya tak mampu bertahan dalam kondisi lahan yang terlalu lembab dan minim sinar matahari.

“Tanaman sejenis kentang, tomat, dan cabai sangat memprihatinkan, Mas. Banyak yang terserang jamur dan petek karena hujan terus-menerus dan kabut setiap malam,” keluh Wawan Suparno (46), petani kentang asal Kelurahan Sarangan Jumat (15/05/2025).

Daun tanaman kentang tampak mengeriting dan mengering. Sementara itu, umbi kentang di dalam tanah justru membusuk. Harapan untuk memetik hasil pun pupus. Selain kerusakan tanaman, petani kini harus menghadapi kenyataan pahit lainnya. Anjloknya harga jual di pasaran.

Harga cabai merah yang sebelumnya mencapai Rp. 70 ribu per kilogram kini hanya laku Rp. 30 ribu. Kentang yang biasanya dijual Rp. 20 ribu per kilogram kini hanya dihargai separuhnya.

“Kami rugi dobel. Panen gagal, harga pun jatuh. Biaya tanam nggak balik, apalagi bicara untung,” ujar Mulyono (60), petani tomat yang mengaku sebagian lahannya kini dibiarkan terbengkalai.

Image Not Found
Petani di lereng gunung lawu mengalami kerugian karena gagal panen, Foto : Kusnanto – Sinergia

Ironisnya, satu-satunya komoditas yang mengalami kenaikan harga justru tak bisa dinikmati. Harga tomat memang naik dari Rp. 5 ribu ke Rp. 8 ribu per kilogram. Namun buah yang dihasilkan banyak yang rusak dan tak layak jual akibat membusuk sebelum masa panen tiba.

Kondisi yang tak menentu membuat sebagian petani mulai mempertimbangkan untuk beralih ke jenis tanaman yang lebih tahan terhadap cuaca ekstrem. Namun langkah ini bukan tanpa risiko dan tantangan.

“Mengganti tanaman butuh biaya lagi, butuh waktu lagi. Belum tentu juga berhasil kalau cuacanya masih seperti ini,” kata Sumarni, petani lain yang juga terdampak.

Sejauh ini belum ada tanda-tanda perbaikan cuaca di kawasan Gunung Lawu. Petani hanya bisa berharap, hujan segera reda dan kabut tak lagi menyelimuti lahan mereka setiap malam.

“Kalau terus begini, musim tanam ini bisa jadi musim gagal bagi semua,” tutup Wawan.

Kusnanto – Sinergia

Bagikan ke :

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *