
Sinergia | Magetan – Angka kematian sapi akibat Penyakit Mulut dan Kuku (PMK) di Kabupaten Magetan pada tahun 2025 melonjak drastis dibanding tahun sebelumnya. Data Dinas Peternakan dan Perikanan (Disnakkan) mencatat, hingga September 2025 sebanyak 59 ekor sapi mati akibat serangan PMK. Sementara pada 2024, jumlah sapi mati hanya 33 ekor.
Sejak Januari hingga Agustus 2025, total ada 547 sapi di Magetan yang positif PMK. Dari jumlah itu, 59 ekor mati, 7 ekor dipotong paksa, sedangkan 414 ekor dinyatakan sembuh. Sebagai perbandingan, pada 2024 jumlah hewan ternak yang terjangkit PMK mencapai 781 ekor, dengan 33 ekor di antaranya mati dan 23 ekor dipotong paksa.
Kepala Disnakkan Magetan, Nur Haryani, mengungkapkan bahwa peningkatan kasus kematian tahun ini disebabkan oleh merebaknya wabah lebih awal. “Kalau tahun lalu wabah muncul di akhir tahun, sekarang terjadi lebih awal. Itulah sebabnya angka kematian menjadi lebih tinggi,” jelasnya, Kamis (18/09/2025).
Selain PMK, serangan penyakit lain juga memperburuk kondisi ternak sapi di Magetan. Sejak Juni hingga Agustus 2025, Disnakkan mencatat adanya 101 kasus Lumpy Skin Disease (LSD). Dari jumlah itu, baru 10 ekor sapi yang berhasil dipulihkan. Kondisi ini membuat upaya pengendalian ganda terhadap dua penyakit menular harus segera dilakukan.
“Kasus paling banyak ditemukan di wilayah dengan mobilitas ternak tinggi dan riwayat vaksinasi PMK yang tidak tercatat,” imbuh Nur Haryani.
Untuk menekan risiko kerugian, Disnakkan Magetan telah menyiapkan sejumlah langkah. Di antaranya adalah pemberian obat dan vitamin pada ternak sakit, vaksinasi massal maupun tertarget dengan melibatkan petugas kesehatan hewan, serta sosialisasi hingga tingkat desa.
Nur Haryani menegaskan bahwa vaksinasi dan pemeliharaan ternak yang baik menjadi kunci pencegahan. “Perlindungan terhadap ternak itu sangat penting. Dengan begitu, kerugian akibat kematian bisa diminimalisir,” pungkasnya.
Kusnanto – Sinergia