
Sinergia | Kab. Ponorogo – Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa menanggapi isu sensitif terkait dugaan perdagangan organ yang melibatkan Pekerja Migran Indonesia (PMI). Dalam kunjungannya ke Ponorogo, Rabu (14/05/2025), Khofifah menekankan pentingnya pengawasan ketat dalam proses perekrutan PMI yang kerap berbasis hubungan sosial di tingkat desa.
“Proses rekrutmen PMI ini seringkali terjadi antar tetangga, kenalan, bahkan keluarga. Di sinilah potensi penyimpangan muncul. Niatnya bekerja administratif, tapi justru disalahgunakan, bahkan ada yang dipaksa mengoperasikan judi online,” kata Khofifah.
Ia menambahkan, sejumlah kasus sebelumnya telah diungkap oleh pihak kepolisian, termasuk Kapolda Jawa Timur. Namun yang lebih memprihatinkan, menurutnya, adalah temuan terkait perdagangan organ yang dilakukan tanpa sepengetahuan PMI bersangkutan.
“Kalau jual beli organ saja sudah berat, tapi kalau organnya diperjualbelikan oleh orang lain tanpa sepengetahuan korban, itu jauh lebih berat dan sangat memprihatinkan,” ujarnya tegas.
Khofifah mengaku telah menjalin komunikasi dengan Kapolda, para bupati, dan wali kota se-Jawa Timur guna memperkuat pengawasan dan mencegah eksploitasi terhadap calon PMI, khususnya dari kalangan Masyarakat Berpenghasilan Rendah (MBR).
Terkait status Ponorogo sebagai salah satu daerah penyumbang PMI terbanyak di Jatim, Khofifah menyatakan tidak ada persoalan selama PMI diberangkatkan secara legal dan bekerja secara produktif. Namun ia menegaskan perlunya pelatihan rutin dan pembekalan yang memadai.
“PMI yang produktif tentu tidak masalah. Tapi kita ingin ada pelatihan berkala” tutupnya.
Ega Patria – Sinergia