Angka Stunting di Magetan Turun, Tapi Masih Tinggi

Image Not Found
Kegiatan Posyandu di Kabupaten Magetan, Foto : Kusnanto – Sinergia

Sinergia | Magetan – Upaya menekan angka stunting di Kabupaten Magetan masih menghadapi tantangan besar. Data Dinas Kesehatan mencatat, hingga 2025 terdapat 2.564 balita stunting atau sekitar 8,8 persen dari total balita. Angka ini memang sedikit menurun dibanding 2024 yang mencapai 2.588 anak (10,4 persen), namun tetap mengindikasikan masalah serius.

Kecamatan Panekan menjadi wilayah dengan jumlah kasus terbanyak, diikuti Sukomoro. Meski ada penurunan jumlah balita stunting di Panekan, angkanya masih menonjol dibanding kecamatan lain.

Plt. Kabid Kesmas Dinas Kesehatan Magetan, Retno Hadirini, menegaskan bahwa masyarakat sering keliru memahami stunting.

“Sebagian orang tua mengira anaknya sehat karena tampak aktif, padahal stunting tidak sekadar tinggi badan. Kondisi ini juga berhubungan dengan tumbuh kembang, pola asuh, hingga risiko penyakit seperti TBC dan gangguan pencernaan,” tuturnya, Rabu (10/09/2025).

Sejumlah langkah intervensi gizi terus digencarkan. Balita stunting maupun yang masuk kategori BGM (Bawah Garis Merah) rutin mendapat makanan tambahan pemulihan sebulan sekali. Sementara itu, ibu hamil dengan gizi kurang serta balita untuk pencegahan stunting menerima paket PMT lokal siap saji setiap minggu, lengkap dengan kudapan tambahan.

Menurut Retno, program tersebut dibiayai dari Dana Alokasi Khusus (DAK) Dinas Kesehatan dengan dukungan CSR dari Dinas Peternakan, Lingkungan Hidup, dan Ketahanan Pangan.

“Pendanaan ini penting agar upaya perbaikan gizi berjalan konsisten dan menyentuh sasaran,” jelasnya.

Selain intervensi gizi, pemantauan tumbuh kembang balita dilakukan setiap bulan di seluruh desa. Upaya ini dianggap krusial untuk mendeteksi dini kasus stunting agar intervensi segera bisa diberikan.

“Harapan kami, angka stunting di Magetan terus bergerak turun sesuai target nasional. Dengan pemantauan maksimal dan dukungan semua pihak, Magetan bisa melangkah menuju daerah bebas stunting,” pungkas Retno.

Kusnanto – Sinergia

Bagikan ke :

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *