
Sinergia | Magetan — Di atas kertas, ratusan Koperasi Desa Merah Putih di Magetan digadang-gadang jadi mesin penggerak ekonomi kerakyatan. Namun di lapangan, ceritanya berbeda. Salah satunya dialami Kopdes Merah Putih Desa Mategal, yang berjalan dengan modal seadanya dari anggota.
Ketua koperasi, M. Rifai Arissandi, menyebut jumlah anggota saat ini baru sekitar 25 orang.
“Untuk saat ini jumlah anggota kita sekitar 25 orang, Mas,” ungkap Rifai.
Masalah permodalan menjadi persoalan utama. Pemerintah pusat sudah meresmikan Kopdes Merah Putih secara nasional, tetapi modal usaha belum pernah menyentuh koperasi di desa.
“Modal usaha kita seluruhnya dari anggota, berupa simpanan wajib, pokok, dan sukarela. Dari pemerintah sendiri belum ada keputusan terkait modal usaha ekonomi. Jadi untuk saat ini kita masih mengandalkan modal dari anggota,” jelas Rifai.
Untuk usaha, Kopdes Mategal memilih langkah realistis dengan menjual pupuk non-subsidi dan beras SPHP kemasan 5 kilogram. Tidak ada seremoni besar, hanya kerja nyata agar koperasi tetap berjalan.
“Untuk usaha, kita sementara menjual pupuk non-subsidi dan juga beras SPHP,” tambah Rifai.
Promosi juga dilakukan dengan cara sederhana. Kegiatan desa dimanfaatkan sebagai media sosialisasi, seperti pada acara jalan santai bulan Agustus lalu. Kupon pupuk dan voucher beras dibagikan kepada warga agar mereka mengetahui keberadaan koperasi.
“Ketika ada jalan santai di desa, kami bagi-bagi kupon pupuk dan doorprize berupa voucher. Jadi masyarakat tahu, oh ternyata koperasinya di sini,” terang Rifai.
Rencana pengembangan ke depan sudah mulai terlihat. Pihak Pertamina melakukan survei terkait penyaluran gas subsidi 3 kilogram, meski tindak lanjutnya masih menunggu keputusan lanjutan.
“Sudah ada survei, tapi untuk tindak lanjutnya kita masih nunggu info dari pihak terkait,” kata Rifai.
Kusnanto – Sinergia