Wayang Kulit Meriahkan HUT ke-457 Kabupaten Madiun, Danrem 081/DSJ: Budaya Perekat Keberagaman Bangsa

Image Not Found
Danrem 081/DSJ, Kolonel Arm Untoro Hariyanto dan Mbah Tarom mantan Bupati Madiun saat menonton pagelaran seni Wayang Kulit peringatan Hari Jadi ke-457 Kabupaten Madiun, Foto : Istimewa

Sinergia | Kab. Madiun – Alunan gamelan berpadu dengan sorak tepuk tangan warga menghidupkan suasana malam peringatan Hari Jadi ke-457 Kabupaten Madiun di halaman Pendopo Ronggo Djumeno, Caruban, Minggu (27/07/2025). Pagelaran wayang kulit yang disajikan bukan sekadar hiburan, melainkan juga sarat pesan kebangsaan yang menggugah kesadaran kolektif.

Dalam kerumunan penonton, tampak hadir Danrem 081/DSJ, Kolonel Arm Untoro Hariyanto. Ia menyampaikan apresiasinya terhadap acara tersebut, seraya menegaskan pentingnya seni tradisional sebagai media edukasi kebangsaan.

“Wayang kulit bukan hanya tontonan, tapi tuntunan. Di balik setiap lakon, tersimpan nilai-nilai kehidupan yang luhur,” ungkap alumni Akmil 1998 itu.

Kolonel Untoro menyampaikan bahwa bangsa Indonesia dikaruniai kekayaan budaya yang luar biasa, mulai dari keragaman etnis, bahasa, hingga kesenian daerah. Baginya, keberagaman itu bukan pemisah, melainkan kekuatan yang menyatukan.

“Setiap perbedaan adalah mozaik yang memperindah wajah bangsa. Inilah yang menjadi kekayaan yang tak ternilai,” jelasnya.

Ia juga menekankan pentingnya pelestarian budaya tradisional sebagai bagian dari menjaga jati diri bangsa. Menurutnya, warisan budaya seperti wayang kulit tidak boleh dibiarkan punah, karena mengandung filosofi dan nilai yang membentuk karakter bangsa.

“Melestarikan budaya lokal berarti meneguhkan identitas kita sebagai bangsa yang besar. Ini adalah tanggung jawab bersama,” tandasnya.

Lebih jauh, ia menyebut bahwa kesenian seperti wayang bukan hanya seni pertunjukan, tetapi juga media komunikasi yang mampu menyampaikan pesan moral, sosial, dan kebangsaan secara efektif.

“Melalui seni, kita bisa menyampaikan nilai-nilai persatuan dan nasionalisme dengan cara yang menyentuh dan membumi,” imbuhnya.

Pagelaran malam itu menjadi momentum refleksi, bahwa di tengah arus globalisasi dan modernisasi, menjaga warisan leluhur adalah langkah strategis dalam merawat karakter dan persatuan bangsa.

Tim Liputan – Sinergia

Bagikan ke :

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *