
Sinergia | Magetan – Kondisi sosial ekonomi di Kabupaten Magetan hingga kini masih menjadi pekerjaan besar bagi pemerintah daerah. Meski tren angka kemiskinan menunjukkan penurunan dalam beberapa tahun terakhir, jumlah penduduk miskin masih tergolong tinggi dan menjadi tantangan serius dalam pembangunan.
Berdasarkan data Musyawarah Perencanaan Pembangunan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (Musrenbang RPJMD) 2025–2029, tingkat kemiskinan Magetan pada tahun 2024 tercatat 9,03 persen. Angka ini lebih rendah dibandingkan tahun 2020 yang sempat melonjak hingga 10,66 persen akibat pandemi Covid-19. Namun, persentase tersebut masih lebih tinggi dibanding rata-rata nasional meski sedikit lebih baik dari angka Jawa Timur.
Data lain dari Dinas Sosial (Dinsos) Magetan memperlihatkan gambaran yang lebih konkret. Tercatat 337.034 jiwa atau 121.597 kepala keluarga (KK) masuk kategori keluarga miskin (Gakin). Rata-rata penghasilan per kapita per bulan mereka hanya sekitar Rp400 ribu, jauh di bawah garis kemiskinan.
“Secara umum disebut miskin jika pendapatan rata-rata per kapita per bulan berada di bawah garis kemiskinan. Angkanya terakhir masih sekitar Rp400 ribuan,” jelas Kepala Dinsos Magetan, Parminto Budi Utomo.
Kondisi kesejahteraan masyarakat semakin diperparah dengan banyaknya rumah tidak layak huni (RTLH). Dinas Perumahan Rakyat dan Kawasan Permukiman (Disperkim) Magetan menyebut, jumlah RTLH di wilayah tersebut masih mencapai ribuan unit.
“Data masih kami perbarui hingga akhir September mendatang. Namun estimasi jumlahnya tetap ribuan RTLH,” ungkap Kabid Perumahan Disperkim, Teguh Adi Wiyono.
Bupati Magetan, Nanik Endang Rusminiarti, menegaskan bahwa penanggulangan kemiskinan dan perbaikan kualitas hidup warga tetap menjadi prioritas utama pemerintah daerah. “Upaya pengentasan kemiskinan akan ditempuh melalui pemberdayaan masyarakat, peningkatan perlindungan sosial, hingga pembangunan wilayah perdesaan,” ujarnya dalam forum Musrenbang.
Selain itu, Pemkab Magetan juga tengah menyiapkan program strategis seperti beasiswa bagi keluarga miskin, penguatan UMKM berbasis potensi lokal, serta pembangunan infrastruktur publik untuk mendukung pergerakan ekonomi masyarakat.
Dengan jumlah penduduk miskin yang masih mencapai sepertiga populasi, serta ribuan warga yang tinggal di hunian tidak layak, tantangan pengentasan kemiskinan di Magetan tidak hanya menyangkut angka statistik. Lebih dari itu, dibutuhkan percepatan program nyata agar kesejahteraan masyarakat benar-benar dapat dirasakan hingga ke lapisan terbawah.
Kusnanto – Sinergia