
Sinergia | Kab. Madiun – Musim kemarau basah yang masih berlangsung pada September 2025 berdampak signifikan pada produksi tembakau di Desa Ngale, Kecamatan Pilangkenceng, Kabupaten Madiun. Curah hujan yang tidak menentu membuat kualitas daun tembakau menurun sehingga harga jualnya ikut tertekan.
Sejumlah petani mengeluhkan hasil panen kali ini jauh berbeda dibandingkan tahun sebelumnya. Wariyem, petani tembakau dengan lahan sekitar 0,5 hektare, menyebut panennya sudah dilakukan empat kali, tetapi kualitas daun berkurang akibat sering terkena hujan.
“Kalau musim hujan, daun jadi merah-merah, kualitasnya turun. Harga jual kering rajang sekarang Rp45 ribu per kilogram, sebelumnya bisa Rp48 ribu,” kata Wariyem, Kamis (11/09/2025).
Hal serupa dialami Mulyono, petani lain di desa tersebut. Ia menilai cuaca yang berganti-ganti antara hujan dan panas membuat daun tembakau tidak lebar dan tidak gemuk seperti saat musim panas.
“Kalau harganya rendah terus, ya rugi petani. Minimal harga bisa di kisaran Rp45 ribu–Rp47 ribu, jangan di bawah itu,” ujarnya.
Para petani menjual tembakau dalam kondisi kering rajang setelah dijemur. Meski kualitas menurun, mereka berharap harga jual masih bisa stabil agar biaya produksi tertutupi.
Fenomena kemarau basah sendiri terjadi akibat anomali iklim yang memicu turunnya hujan pada periode yang biasanya kering. Kondisi ini tidak hanya memengaruhi tembakau, tetapi juga tanaman lain seperti jagung yang ditanam bersamaan sejak Juni lalu.
Tova Pradana – Sinergia