Viral Ritual Berpakaian Putih-Putih di Puncak Gunung Lawu, Diduga Terkait Bulan Suro

Image Not Found
Puluhan orang berpakaian putih melakukan ritual di sekitar tugu Trianggulasi, titik tertinggi Gunung Lawu, Foto : Istimewa

Sinergia | Kab. Magetan – Puncak Gunung Lawu kembali menjadi sorotan usai viralnya video puluhan orang berpakaian putih melakukan ritual di sekitar tugu Trianggulasi, titik tertinggi Gunung Lawu. Video yang diunggah di media sosial itu telah disukai lebih dari 46 ribu kali dan menuai hampir 3.000 komentar.

Peristiwa tersebut diperkirakan terjadi pada Jumat (11/07/2025) sekitar pukul 10.00 hingga 12.30 WIB. Dalam video, terlihat laki-laki dan perempuan mengenakan pakaian serba putih, mirip ihram, berjalan mengelilingi tugu di puncak Lawu. Aktivitas ini pun menuai beragam spekulasi.

Sebagian warganet mengaitkan kegiatan itu dengan praktik Islam Kejawen, sinkretisme antara ajaran Islam dan budaya Jawa. Ada juga yang menyebut ritual ini terkait Bulan Suro, bulan pertama kalender Jawa yang identik dengan kegiatan spiritual.

Gunung Lawu yang terletak di perbatasan Magetan, Jawa Timur dan Karanganyar, Jawa Tengah memang dikenal sejak era Majapahit sebagai tempat bertapa dan ritual spiritual. Jalur Cemoro Sewu dan Cetho kerap dipadati pendaki maupun peziarah.

Dewa Pujangga, pendaki asal Sragen, mengaku mendengar tentang ritual tersebut saat hendak mendaki puncak Gunung Lawu.

“Kalau itu sempat dengar sih, Pak, tahu dari medsos. Setahu saya kejadiannya itu hari Jumat lalu. Tadi saya enggak ketemu langsung, cuma kata teman-teman pakai baju putih seperti gamis haji. Tapi saya enggak tahu pasti itu sedang ritual atau apa,” ujarnya. Senin (14/07/2025).

Sementara itu, Ilham Budiarto selaku pengelola pendakian Gunung Lawu via Cemoro Sewu membenarkan adanya aktivitas serupa di Bulan Suro, meski baru kali ini melihat rombongan berseragam putih-putih.

“Momen Suro memang banyak yang melakukan ritual di Lawu. Kalau yang pakai seragam putih-putih dan mengelilingi tugu, baru tahun ini kami temukan. Mereka biasanya naik tidak pakai seragam dari bawah, jadi tidak terdeteksi. Selagi tidak melanggar aturan dan kearifan lokal, kami persilakan,” kata Ilham.

Hingga kini, belum ada klarifikasi resmi dari pihak berwenang terkait ritual tersebut. Namun, video itu memicu perdebatan di media sosial. Sebagian melihatnya sebagai penghormatan tradisi lokal, sementara lainnya menilai itu meniru ibadah haji secara keliru.

Kusnanto – Sinergia

Bagikan ke :

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *