
Sinergia | Magetan – Tumpukan plastik, botol bekas, popok bayi hingga sisa makanan kini menghiasi aliran sungai yang membelah Desa Krowe dan Desa Tapen, Kecamatan Lembeyan, Kabupaten Magetan. Air yang seharusnya jernih berubah keruh, memunculkan bau menyengat yang kian meresahkan warga.
Di beberapa titik, sampah bercampur dengan tanaman liar membentuk gundukan besar. Kondisi tersebut membuat aliran sungai kehilangan fungsi alaminya. Warga khawatir, saat musim hujan, gundukan sampah bisa menahan arus air dan menimbulkan banjir.
“Kalau turun hujan deras, sampah sering menumpuk, akhirnya air meluap sampai ke jalan bahkan rumah. Pemerintah perlu memberi perhatian lebih, tapi warga juga harus sadar untuk tidak buang sampah sembarangan,” ujar Pujianto, salah seorang warga, Sabtu (13/09/2025).
Masalah sampah di sungai Magetan sejatinya bukan hal baru. Pemerintah daerah telah berkali-kali mengampanyekan larangan membuang sampah sembarangan, namun hasilnya minim. Peraturan daerah yang ada dinilai sebatas tulisan di papan tanpa tindakan nyata.
Kondisi ini makin terasa ironis bagi sebagian warga. Priyono, yang tumbuh besar di kawasan tersebut, mengaku masih menyimpan kenangan akan kejernihan air sungai di masa lalu.
“Dulu airnya bisa dipakai mandi, bahkan untuk diminum. Sekarang jangankan minum, lihat saja bikin jijik, apalagi kalau sampai kena penyakit kulit,” keluhnya.
Menurut Priyono, rendahnya kesadaran masyarakat dalam mengelola sampah menjadi akar persoalan. Keterbatasan fasilitas tempat sampah di desa juga memperburuk keadaan, membuat sebagian warga memilih jalan pintas dengan membuang langsung ke sungai.
Magetan kini menghadapi darurat sampah. Tanpa langkah tegas dari pemerintah dan perubahan perilaku masyarakat, sungai yang dahulu menjadi sumber kehidupan perlahan berubah menjadi kubangan sampah raksasa yang mengancam lingkungan sekaligus kesehatan warga.
Kusnanto – Sinergia