
Sinergia | Kab. Madiun – Insiden tenggelamnya seorang bocah laki-laki berinisial RYA (11) di kubangan air bekas tambang galian C yang berada di Dusun Purworejo, Desa Tulung, Kecamatan Saradan mendapat atensi dari pemerintah. Setelah lokasi tersebut menelan korban jiwa, Pemerintah Desa Tulung berencana memasang pagar pembatas keliling, serta memasang papan peringatan.
Hal itu dilakukan agar tidak terjadi peristiwa serupa, apalagi sampai meregang nyawa. Papan peringatan yang akan dipasang berisikan larangan untuk tidak melakukan aktivitas seperti mandi/berenang, hingga memancing saat air menggenang.
“Akan kita pasang pagar kawat yang mengelilingi area genangan air seluas 600 meter persegi ini,” kata Camat Saradan, Dodik Setiawan saat ditemui di lokasi kejadian, Rabu Siang (30/04/2025).
Dodik menambahkan peristiwa orang tenggelam hingga menimbulkan korban baru pertama kali terjadi di lokasi tersebut. Kendati aktivitas penambangan sudah berhenti sejak 2018, namun tanah bekas galian dibiarkan begitu saja oleh oknum yang tidak bertanggung jawab.
“Seharusnya yang bertanggung jawab atas reklamasi adalah pemegang Izin Usaha Pertambangan (IUP) yang diketahui adalah Toha Maksum. Namun sampai saat ini yang bersangkutan hilang kontak,” tuturnya.
Dia juga menyayangkan peristiwa kemarin terjadi dan menimpa anak-anak. Sehingga selain memasang papan peringatan, pihaknya juga memberikan himbauan langsung ke masyarakat untuk senantiasa mengawasi dan memberikan pengertian kepada anak-anaknya, agar tidak bermain sekitar lokasi genangan air bekas tambang galian C.
“Sangat disayangkan kemarin memakan korban jiwa, sehingga Pemdes harus ikut cawe-cawe untuk membantu reklamasi,” tuntasnya.
Ditempat yang sama Kepala Dusun Purworejo, Suwarno menambahkan, reklamasi terakhir dilakukan tahun 2022. Karena terkendala anggaran, reklamasi terpaksa dihentikan. Diketahui, lahan bekas galian tambang itu milik Sunarto warga setempat, di lokasi yang sama luas lahannya sekitar 8.000 meter persegi, namun yang terdapat genangan air sekitar 600 meter persegi.
“Memang setiap musim penghujan ini air menggenang, kami akan memasang pagar pembatas mengelilingi genangan air. Namun air tetap bisa dimanfaatkan para petani,” katanya.
Menurutnya, ketinggian air yang menggenang saat ini mencapai 1,3 meter. Ia pun tak menampik, jika lokasi tersebut kerap dijadikan anak-anak bermain, seperti mandi hingga mencari ikan.
“Mungkin anak-anak tertarik karena ada ikannya, sehabis mancing kadang ada juga yang mandi sekalian,” tandasnya.
Tova Pradana – Sinergia