Miniatur Sound Horeg Laris Manis di Tengah Polemik Fatwa Haram, Pengrajin Kebanjiran Pesanan

Image Not Found
Produsen miniatur Miniatur sound horeg warga Madiun kebanjiran pesanan, Foto : Tova – Sinergia

Sinergia | Kab. Madiun — Di tengah polemik fatwa haram terkait sound horeg yang dikeluarkan sejumlah pesantren di Jawa Timur, fenomena tersebut justru membawa berkah bagi Rafli Eko Nurcahyo (25), warga Desa Banjarsari Kulon, Kecamatan Dagangan, Kabupaten Madiun. Ia tetap kebanjiran pesanan miniatur sound horeg yang ia produksi secara mandiri.

Rafli yang juga pemilik RQ Project, telah menekuni kerajinan pembuatan miniatur sound horeg selama satu tahun terakhir. Di bengkel kecil yang menyatu dengan rumahnya, Rafli tiap hari sibuk memotong papan kayu, menyolder kabel, merakit perangkat audio mini, hingga menguji volume suara hasil rakitannya.

“Waktu SMK saya sudah tertarik dengan dunia audio. Belajar secara otodidak, lalu saya kembangkan jadi usaha. Sekarang sudah satu tahun jalan,” ujar Rafli saat ditemui Rabu (09/07/2025) pagi.

Image Not Found
rodusen miniatur Miniatur sound horeg warga Madiun kebanjiran pesanan, Foto : Tova – Sinergia

Miniatur yang dibuat Rafli hadir dalam berbagai variasi, mulai dari sound gantung hingga truk sound system, dan seluruhnya dirakit sesuai permintaan konsumen. Menurutnya, usaha ini masih jarang digeluti di Madiun, sehingga memberikan peluang pasar tersendiri.

“Paling susah itu bagian variasi, karena harus detail dan sesuai selera pembeli. Tapi bahan-bahan mudah dicari, sebagian saya beli di toko online karena lebih murah,” jelasnya.

Konsumen Rafli kebanyakan berasal dari kalangan pelajar SMP dan SMA. Ia memasarkan produknya secara daring lewat marketplace, serta melayani pembelian langsung dari rumah.

Salah satu pembeli miniatur sound horeg, Sultan Nur Rahid pelajar asal Madiun, mengaku senang dan tertarik dengan miniatur sound horeg yang diproduksi Rafli. Selain itu fenomena sound horeg tengah viral ramai diperbincangkan di sosial media.

“Awalnya saya lihat dari tiktok lagi rame ada sound horeg, kemudian lihat lihat ada yang jual miniatur terus datang kesini untuk memesan. Pengen aja punya miniatur sound horeg buat disetel dirumah.” ucap Sultan.

Harga yang ditawarkan berkisar antara Rp. 150 ribu hingga Rp. 500 ribu, tergantung model dan kerumitan variasi. Dalam sebulan, ia bisa menggarap hingga puluhan unit, bahkan pernah mengirim pesanan ke Kalimantan.

Menanggapi polemik fatwa haram terhadap sound horeg yang dikeluarkan dalam Forum Satu Muharram 1447 H di Pondok Pesantren Besuk, Kabupaten Pasuruan, Rafli menilai produknya tidak terdampak. Miniatur buatannya berukuran kecil dan digunakan sebatas hiburan di dalam rumah.

Tova Pradana – Sinergia

 

Bagikan ke :

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *