
Sinergia | Kab. Madiun – Kasus gangguan penglihatan di Kabupaten Madiun tercatat masih tinggi. Data tahun 2023 menunjukkan ada 7.924 warga mengalami katarak, 17.234 gangguan refraksi, dan 828 kasus glaukoma. Sayangnya, layanan kesehatan mata di daerah ini dinilai belum menjadi prioritas.
Merespons situasi tersebut, Yayasan Paramitra Indonesia bersama Badan Perencanaan, Penelitian, dan Pengembangan Daerah (Bapelitbang) menggelar forum group discussion (FGD) di Graha Praja Mukti, Puspem Madiun, Kamis (12/06/025). Diskusi ini turut melibatkan kalangan media dengan tujuan merumuskan kebijakan pelayanan kesehatan mata yang lebih inklusif dan mendukung capaian Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs).
Direktur Yayasan Paramitra Indonesia, Asiyah Sugianti, menyoroti tantangan besar dalam penanganan gangguan penglihatan di daerah. Ia menyebut, layanan kesehatan mata belum sepenuhnya terakomodasi, padahal prevalensi gangguan penglihatan di Jawa Timur telah mencapai 4,4 persen—lebih tinggi dari angka nasional yang hanya 3 persen.
“Selama ini kesehatan mata dianggap semata-mata tanggung jawab Dinas Kesehatan. Padahal, ini juga tanggung jawab sosial bersama,” ujar Asiyah dalam sambutannya.
Ia menegaskan perlunya kolaborasi lintas sektor, mulai dari kementerian agama, dinas pendidikan, dinas sosial, organisasi difabel, hingga kader posyandu dan media massa. Menurutnya, upaya kolektif.
Tova Pradana – Sinergia