
Sinergia | Ponorogo – Serangan hama wereng kembali menghantui para petani di Kabupaten Ponorogo. Sedikitnya delapan hektar dari total sebelas hektar lahan pertanian di Kelurahan Bangunsari, Kecamatan Ponorogo, rusak parah hingga menyebabkan tanaman padi gagal panen alias puso.
Kondisi ini dikeluhkan para petani karena terjadi begitu cepat dan luas. Dalam hitungan malam, petak-petak sawah berubah mengering, tanaman mati, dan bulir padi kosong tak berisi.
“Wereng coklat, ini kejadian luar biasa. Gerakannya cepat sekali. Hanya dua malam, sawah kami habis. Awalnya baik-baik saja, tapi tiba-tiba menyerang pangkal batang. Dari sana menyebar, batang bawah diisap, bertelur dan menetas, lalu menyerap lagi. Semuanya rusak, layu, dan mati,” ungkap Ahmad Subkhi, salah satu petani terdampak, Kamis (10/7/2025).

Ia menyebut sebagian padi yang sudah bunting sekitar 50 hari kini hanya dibiarkan. Menurutnya, jika dirawat pun biaya pestisida terlalu tinggi dan tidak sebanding dengan hasil panen yang akan didapat.
“Sudah ada bantuan obat, tapi jumlahnya terbatas, petani banyak. Biaya perawatan lebih besar dari hasilnya. Yang bisa ditangani hanya sebagian, selebihnya ya dibiarkan,” ujarnya.
Serangan wereng kali ini disebut jauh lebih parah dibanding tahun-tahun sebelumnya. Menurut petani, serangan dipicu oleh cuaca kemarau basah yang mempercepat siklus hidup hama. Wereng berkembang biak cepat, warnanya berubah dari putih ke coklat saat memasuki fase dewasa dan mulai merusak tanaman dari akar hingga daun.
Sementara itu, Ketua Kelompok Tani Ngudi Hasil, Farid Nurcholis menyampaikan bahwa pihaknya sudah melakukan penyemprotan secara mandiri guna mencegah serangan meluas.
“Kami semprot sendiri, tapi dengan luas lahan seperti ini tentu tidak cukup. Harus ada tindakan dari pemerintah, jangan hanya hadir saat panen saja,” tegas Farid.
Petani berharap pemerintah turun langsung ke lapangan, melihat kondisi nyata, serta memberikan bantuan yang proporsional. Jika terus seperti ini, bukan hanya petani yang rugi, tetapi juga negara karena pasokan pangan akan terganggu.
“Gini terus, ya negara juga yang rugi. Stok pangan pasti berkurang. Pemerintah harus lihat kondisi kami saat begini, jangan cuma datang waktu panen saja,” pungkas Ahmad Subkhi.
Ega Patria – Sinergia