Relokasi Pasar Hewan, Ini Jeritan Supartini, Tukang Pijat Lansia di Totog Maospati Terancam Tergusur

Image Not Found
Tukang Pijat Lansia di Totog Maospati Terancam Tergusur, Foto : Kusnanto – Sinergia

Sinergia | Kab. Magetan – Rencana pemindahan Pasar Hewan Pahingan Maospati ke area belakang Puskesmas Maospati, Kelurahan Maospati, Kabupaten Magetan, menyisakan sejumlah pertanyaan dan kekhawatiran dari warga yang terdampak. Sekitar 23 bangunan yang telah lama ditempati oleh 18 kepala keluarga (KK) di kawasan Totog terancam dibongkar seiring dengan pemanfaatan lahan oleh pemerintah setempat.

Program relokasi yang diinisiasi Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Kabupaten Magetan ini beriringan dengan rencana penataan lahan milik Pemkab Magetan oleh Kelurahan Maospati, yang akan dijadikan area parkir dan deretan ruko. Namun, prosesnya belum sepenuhnya memberi kejelasan bagi warga yang telah menghuni lahan tersebut selama puluhan tahun.

Salah satu warga, Supartini (68), mengaku masih bingung dengan rencana relokasi ini. Perempuan lanjut usia yang sehari-hari bekerja sebagai tukang pijat ini kini tinggal bersama tiga cucunya yang masih duduk di bangku sekolah.

“Katanya sudah pasti akan direlokasi, tapi saya belum tahu akan tinggal di mana. Rencana sementara ikut saudara, tapi cucu-cucu saya masih kecil dan membutuhkan biaya sekolah. Anak-anak saya sudah tiada, jadi hanya mereka yang saya punya,” tutur Supartini.

Supartini mengungkapkan bahwa ia baru mengetahui adanya kompensasi relokasi sebesar Rp2 juta setelah menghadiri pertemuan di balai kelurahan, itupun setelah beberapa kali pertemuan yang dilakukan sebelumnya. 

“Saya datang setelah beberapa kali pertemuan digelar. Saat hadir, saya dan beberapa warga diminta tanda tangan, dan dikabarkan akan menerima dana kompensasi,” ujarnya.

Di tengah kondisi kesehatan yang semakin menurun akibat sakit jantung, Supartini kini tak lagi sanggup melayani pijat orang dewasa seperti dulu. Pendapatan hariannya pun menurun drastis. Ia mengaku harus menjual sepeda motor dan barang-barang rumah tangga demi memenuhi kebutuhan hidup dan biaya pengobatan ke RSUD dr. Soedono Madiun yang rutin ia jalani.

“Sekali ke rumah sakit bisa habis Rp200 ribu untuk transportasi dan makan. Alhamdulillah masih terbantu BPJS, tapi kalau obat tidak tersedia, saya harus beli sendiri. Sekarang, untuk bertahan, saya hanya bisa menjual barang-barang di rumah,” imbuhnya.

Menanggapi hal tersebut, Kepala Bidang Pasar Disperindag Magetan, Kiki Indriani, menjelaskan bahwa relokasi pasar hewan memang direncanakan di kawasan sekitar Totog, namun bukan di lokasi yang kini ditempati warga.

“Lahan yang digunakan adalah milik daerah dan berada di bawah kewenangan Kelurahan Maospati. Kami dari Disperindag hanya bertugas memindahkan pasar hewan ke lokasi baru. Soal pembongkaran bangunan warga menjadi kewenangan kelurahan,” jelasnya.

Ia menambahkan, terdapat tiga opsi lokasi relokasi pasar, dan area di sekitar Totog dinilai paling memungkinkan secara teknis. Pembangunan pasar hewan baru ditargetkan rampung tahun ini.

Meski demikian, warga berharap pemerintah hadir lebih utuh dalam proses ini, tidak hanya soal teknis dan target penyelesaian proyek, tetapi juga memberikan kepastian dan perlindungan bagi warga terdampak, khususnya mereka yang rentan secara sosial dan ekonomi.

Kusnanto – Sinergia

Bagikan ke :

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *