
Sinergia | Madiun – Dalam semangat memperingati Hari Lahir Pancasila, sarasehan kebangsaan diselenggarakan di ruang pertemuan baru Paroki Mater Dei, Kota Madiun, Minggu (01/06/2025). Kegiatan ini mengusung tema “Merasakan Pancasila di Tahun Pengharapan Yubileum 2025” dan menjadi ruang perjumpaan lintas iman untuk merefleksikan kembali nilai-nilai dasar berbangsa.
Acara ini dihadiri oleh puluhan peserta dari berbagai latar belakang agama dan pendidikan. Mereka diajak mendalami kembali peran Pancasila di tengah dinamika sosial dan politik Indonesia saat ini. Agnes Adhana, perwakilan panitia, menyebut bahwa sarasehan ini bertujuan untuk menjadikan Pancasila sebagai nilai yang hidup dan nyata, bukan sekadar simbol atau jargon.
“Harapannya, nilai-nilai Pancasila tidak sekadar dikenang, tapi benar-benar dirasakan dan dihidupi dalam kehidupan sehari-hari,” ujar Agnes.
Salah satu narasumber, Antonius V. Eresto Gaudiawan, dosen STKIP Widya Yuwana Madiun, menekankan pentingnya harapan sebagai kekuatan utama masyarakat dalam menghadapi tantangan bangsa.
“Kondisi negara kita mungkin tidak sedang baik-baik saja. Tapi sebagai orang beriman, kita tidak boleh kehilangan harapan. Harapan itu muncul dari diri kita sendiri. Dan tugas generasi muda adalah menghidupi nilai-nilai Pancasila setiap hari, bukan hanya saat upacara,” paparnya.
Ia juga mengingatkan agar generasi muda tidak hanya menghafal Pancasila, tetapi juga berani mengkritisi kebijakan yang menyimpang dari nilai keadilan, kemanusiaan, dan persatuan. Senada dengan itu, Hayyik Ali Muntaha Mansur, dosen IAIN Ponorogo, mengajak peserta merefleksikan penerapan nilai Pancasila dalam kehidupan paling dekat: keluarga dan lingkungan sekitar.
“Apakah keadilan, persatuan, dan ketuhanan sudah hadir di rumah kita? Kalau tidak, berarti kita belum benar-benar menjalankan Pancasila. Bahkan Bung Karno pernah mengatakan, kalau lima sila terlalu banyak, ambil tiga: sosio-nasionalisme, sosio-demokrasi, dan ketuhanan. Kalau masih berat juga, ambil satu: gotong royong,” jelas Hayyik.
Gotong royong, menurutnya, bukan sekadar kerja bersama, tetapi semangat saling menopang dalam suka dan duka demi kebaikan semua, bukan hanya golongan tertentu.
Tim Liputan – Sinergia