
Sinergia | Kab. Ponorogo – Aksi stand up comedy yang digelar oleh sekelompok mahasiswa di depan Gedung DPRD Kabupaten Ponorogo pada Jumat (30/05/2025) berakhir ricuh. Pertunjukan yang awalnya dimaksudkan sebagai bentuk kritik terhadap 100 hari kinerja pemerintah daerah justru memicu kemarahan warga setelah menyinggung proyek Monumen Reog.
Salah satu komika dalam penampilannya menyebut monumen yang menelan anggaran hingga Rp164,7 miliar itu sebagai “patung kucing”. Sindiran tersebut memancing emosi sejumlah warga yang hadir dan menganggap lawakan itu sebagai bentuk penghinaan terhadap simbol kebanggaan daerah.
Pertunjukan yang baru berlangsung sekitar 15 menit pun terpaksa dihentikan. Sejumlah warga naik ke atas panggung, membubarkan acara, dan nyaris melakukan tindakan kekerasan terhadap komedian.
Petugas kepolisian yang berjaga segera mengamankan komedian tersebut dan membawanya ke dalam halaman Kantor DPRD Ponorogo untuk menghindari kericuhan lebih lanjut.
Salah seorang warga, Aang Parianto, menyatakan bahwa kritik merupakan hal yang sah dalam demokrasi. Namun ia mengingatkan bahwa setiap kritik sebaiknya disampaikan dengan data dan tidak merendahkan.
“Boleh saja mengkritik, asal ada bukti dan fakta yang jelas. Jangan asal bicara apalagi sampai menghina. Kami bangga dengan Monumen Reog, jadi jangan dibawa ke arah yang melecehkan,” tegas Aang saat diwawancarai.
Sementara itu, Koordinator Aksi, Ahmad Segut, menyayangkan insiden tersebut. Ia menjelaskan bahwa materi yang disampaikan hanyalah bentuk ekspresi kreatif mahasiswa untuk menyampaikan kritik secara ringan.
“Ini bagian dari ruang ekspresi publik. Kami tidak bermaksud menyinggung siapa pun. Kritik kami kemas dalam bentuk komedi agar lebih mudah diterima masyarakat,” ujar Ahmad.
Setelah situasi mereda, warga menurunkan panggung yang didirikan di depan Gedung DPRD dan massa membubarkan diri.
Ega Patria – Sinergia