
Sinergia | Kab. Magetan – Krisis kekurangan murid baru menghantui sejumlah Sekolah Dasar Negeri (SDN) di Kabupaten Magetan. Data dari Dinas Pendidikan, Pemuda, dan Olahraga (Dikpora) mencatat, hingga penutupan Sistem Penerimaan Murid Baru (SPMB) pada 23 Juni 2025, tiga SDN tercatat nihil pendaftar.
Ketiga sekolah itu adalah SDN Bangsri 1 (Kecamatan Ngariboyo), SDN Mojorejo 2 (Kecamatan Kawedanan), dan SDN Jomblang (Kecamatan Takeran). Dari ketiganya, SDN Jomblang menjadi perhatian serius karena sudah beberapa tahun tidak mendapat murid baru.
“SDN Jomblang itu hanya punya satu murid dalam beberapa tahun terakhir. Sekarang murid tersebut pun sudah mengajukan pindah ke sekolah lain,” terang Kepala Bidang Pendidikan Dasar (Dikdas) Dikpora Magetan, Irawan, saat ditemui Rabu (16/07/2025) siang.
Kondisi itu menyebabkan SDN Jomblang tidak menyelenggarakan Masa Pengenalan Lingkungan Sekolah (MPLS) tahun ini, lantaran dua tingkat kelas yang biasa mengikuti kegiatan tersebut – kelas 1 dan 2 – sudah tidak memiliki siswa aktif. Berbeda dengan SDN Jomblang, dua sekolah lain yakni SDN Mojorejo 2 dan SDN Bangsri 1 masih memiliki siswa kelas 2, sehingga MPLS tetap dijalankan meski tanpa siswa baru.
Di sisi lain, pelaksanaan SPMB 2025 di tingkat SD secara keseluruhan mencatatkan 4.353 siswa baru tersebar di 385 satuan pendidikan dengan 395 Rombongan Belajar (Rombel). Sementara, di jenjang Sekolah Menengah Pertama (SMP), terdapat 5.286 siswa yang diterima di 39 satuan pendidikan dengan total 165 Rombel.
Meski angka penerimaan terlihat tinggi secara agregat, nyatanya banyak sekolah tidak memenuhi pagu Rombel. Hanya sekitar 25 SD dan 8 SMP negeri yang berhasil mengisi rombongan belajar sesuai kapasitas maksimal.
“Jumlah Rombel itu bervariasi, tergantung masing-masing sekolah. Tidak semua bisa memenuhi target karena sebaran murid tidak merata,” tambah Irawan.
Fenomena sepinya peminat ini menjadi pekerjaan rumah tersendiri bagi Disdikpora Magetan. Irawan menyatakan pihaknya telah memanggil kepala sekolah dari sejumlah lembaga terdampak dan mengajak diskusi bersama warga dan pemangku kepentingan setempat.
“Kami terus mencari jalan keluar. Kami dorong sekolah-sekolah negeri, terutama di tingkat SD, agar lebih terbuka terhadap keinginan masyarakat. Misalnya, memperkuat kegiatan ekstrakurikuler agar bisa menarik minat,” tegasnya.
Langkah-langkah ini diharapkan mampu mengembalikan kepercayaan masyarakat terhadap sekolah negeri, sekaligus menyelamatkan sekolah-sekolah yang kini berada di ambang penutupan akibat minimnya jumlah siswa.
Kusnanto – Sinergia