
Sinergia | Kab. Madiun – Harga beras di Kabupaten Madiun terus mengalami kenaikan meski saat ini telah memasuki masa panen. Kondisi ini dikeluhkan warga yang terpaksa mengorbankan kebutuhan lainnya demi memenuhi kebutuhan pokok sehari-hari.
Pantauan di Pasar Tradisional Pagotan, Sabtu (26/07/2025), harga beras lokal tembus Rp14.000 per kilogram. Sementara, beras kualitas medium dijual Rp15.000 dan beras premium mencapai Rp17.000 per kilogram.
Ekawati, salah satu pembeli di pasar tersebut mengaku keberatan dengan lonjakan harga yang terus terjadi tanpa diimbangi dengan pasokan beras subsidi dari pemerintah.
“Setiap minggu harga naik. Kami terpaksa kurangi belanja lauk pauk demi bisa beli beras. Padahal ini kebutuhan pokok,” keluhnya.
Tak hanya konsumen, para pedagang juga mengaku bingung karena janji distribusi beras subsidi melalui program Stabilisasi Pasokan dan Harga Pangan (SPHP) belum juga terealisasi.
Salah satu pedagang, Sringatun, mengungkapkan dirinya telah didata oleh petugas dan diminta mengisi formulir sebagai calon penerima jatah beras SPHP. Namun hingga kini, distribusi beras tersebut tak kunjung tiba.
“Sudah didata dan isi formulir dua bulan lalu, tapi sampai sekarang belum ada kabar. Padahal banyak pembeli cari beras SPHP,” ujar Sringatun kepada wartawan.
Selain pedagang dan pembeli di tingkat pasaran, pedagang beras setingkat agen pun juga belum menerima pasokan beras SPHP dari Bulog. Padahal beras SPHP dinilai mampu mengurangi beban biaya masyarakat untuk mendapatkan beras layak konsumsi, ditengah terus melambungnya harga beras dipasaran.
“Rata rata masyarakat carinya yang murah dari sekian beras yang murah selain beras lokal beras SPHP itu, tapi stok mya belum ada” ungkap Afinda Septianti, penjual agen beras di Pagotan.
Belum turunnya beras SPHP ke pasaran memperparah beban masyarakat, terutama di tengah harga beras yang terus melonjak. Warga berharap pemerintah segera menyalurkan beras subsidi agar harga di pasaran bisa kembali stabil.
Tova Pradana – Sinergia