Mimpi Takraw Putri Magetan yang Gagal Mengudara, Kalah Sebelum Bertanding

Image Not Found
Tim atlet takraw tengah berlatih dengan penuh semangat, Foto : Kusnanto – Sinergia

Sinergia | Kab. Magetan – Semangat mereka sudah membuncah sejak Februari. Enam kali latihan dalam sepekan, tas sudah dikemas, hotel di Malang sudah dipesan. Namun semua itu sirna hanya karena satu surat keputusan.

Tim sepak takraw putri Kabupaten Magetan batal berlaga di Pekan Olahraga Provinsi (Porprov) Jawa Timur IX 2025. Bukan karena gagal seleksi atau cedera, melainkan keputusan internal cabang olahraga sendiri.

“Alasannya, atlet belum siap secara teknik dan fisik,” kata pelatih tim Bayu Agung Prasetya, Rabu (09/07/2025).

Bayu menyebut, justru hasil tes parameter sebelumnya menunjukkan grafik peningkatan. Bahkan, segala kebutuhan tim sudah dipenuhi, mulai dari perlengkapan, penginapan, hingga agenda keberangkatan.

“Kami benar-benar terpukul. Anak-anak sampai menangis. Mereka tidak diberi kesempatan menunjukkan kemampuan karena tidak diikutkan dalam tes parameter ketiga,” lanjutnya.

Tim ini sebenarnya sudah dalam kondisi siap tempur. Dari delapan atlet, enam berasal dari Kecamatan Plaosan dan dua lainnya dari Kawedanan. Beberapa di antara mereka bahkan telah mengunggah momen persiapan keberangkatan ke media sosial. Namun harapan itu runtuh seketika.

Yang lebih menyakitkan, seluruh perlengkapan yang telah dipersiapkan serta uang pembinaan yang sempat diterima, akhirnya harus dikembalikan. Meski demikian, ada sedikit pelipur lara. Beberapa atlet takraw putri Magetan berhasil masuk sekolah favorit melalui jalur prestasi olahraga.

“Setidaknya, kerja keras mereka tidak sia-sia,” ujar Bayu, menahan getir.

Kisah tragis takraw putri hanyalah sepotong dari kegagalan besar kontingen Magetan di Porprov Jatim 2025. Dari total 38 peserta, Magetan hanya mampu berada di posisi ke-36—alias juara tiga dari bawah. Dengan raihan 5 emas, 8 perak, dan 10 perunggu, Magetan hanya mengoleksi 46 poin. Ironisnya, pencapaian ini lebih buruk dari Porprov edisi sebelumnya.

Warga Magetan pun meluapkan kekecewaan melalui media sosial. Tak sedikit yang melontarkan sindiran tajam hingga humor pahit.

“Tiap tahun lihat kabupaten tetangga pamer medali. Kami? Pamer sabar.”

“Sudah saatnya Magetan buka cabor baru: marathon menahan kecewa atau senam optimisme palsu.”

Tak hanya warganet, sejumlah atlet juga mulai angkat bicara soal minimnya dukungan dan pembinaan.

“Kami sudah berjuang. Tapi kami butuh lebih dari sekadar semangat—kami butuh pembinaan, fasilitas, dan kepercayaan,” ujar seorang atlet yang enggan disebut namanya.

Menanggapi hal ini, Ketua KONI Magetan, Bambang Trianto, menyatakan bahwa mundurnya tim sepak takraw merupakan keputusan internal cabor terkait. “Ketua cabor menyatakan tim belum siap. Mereka bersurat resmi ke kami,” ucap Bambang singkat.

Soal anjloknya prestasi Magetan, Bambang menyebut raihan medali hanya disumbang dari tiga cabor unggulan: Aeromodeling, Jujitsu, dan Biliar.

Kini sorotan tertuju pada KONI dan pembina olahraga Magetan. Evaluasi besar-besaran menjadi tuntutan wajar, bukan hanya untuk memperbaiki posisi klasemen, tapi juga demi martabat daerah dan masa depan atlet-atlet muda.

“Kami nggak harus juara umum tahun depan. Tapi tolong, jangan terus langganan papan bawah,” ujar seorang pemuda Magetan di kolom komentar unggahan Instagram KONI.

Kusnanto – Sinergia

Bagikan ke :

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *