PCNU Magetan Gelar Upacara 1000 Santri, Respon Pemberitaan Trans7 

Image Not Found
PCNU Magetan merespon pemberitaan Trans7, Foto : Kusnanto – Sinergia

Sinergia | Magetan – Peringatan Hari Santri Nasional (HSN) tahun 2025 di Kabupaten Magetan berlangsung khidmat dan penuh sarat makna. Berbeda dengan sebelumnya, tahun ini Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) Magetan memilih menggelar Upacara 1000 Santri di Pondok Pesantren Roudhatul Huda, Desa Kedung Panji, Kecamatan Lembeyan. Hal ini sebagai simbol solidaritas dan kepedulian terhadap berbagai isu yang tengah menimpa dunia pesantren.

Tahun-tahun sebelumnya, upacara Hari Santri biasa diselenggarakan di Alun-Alun depan masjid agung Magetan. Namun kali ini dipusatkan di lingkungan pesantren agar lebih dekat dengan kehidupan para santri. Ribuan peserta tampak memenuhi halaman ponpes, mengenakan seragam putih dengan sorban hijau melambangkan kesucian dan semangat perjuangan santri.

Upacara yang dimulai sejak pukul 7 pagi itu diawali dengan pembacaan Resolusi Jihad NU 1945 dan doa bersama untuk para korban musibah. Momen ini juga menjadi ajang refleksi atas sejumlah peristiwa yang mengguncang dunia pesantren, di antaranya ambruknya bangunan musala tiga lantai di Ponpes Al-Khoziny, Buduran, Sidoarjo, yang menewaskan puluhan orang.

Selain itu, para santri juga menyoroti tayangan program XPOSE Uncensored Trans7 yang dianggap menampilkan budaya pesantren secara tidak proporsional dan berpotensi menimbulkan kesalahpahaman publik. Tayangan tersebut sempat menuai kecaman luas di media sosial, bahkan memunculkan tagar #BoikotTrans7 sebagai bentuk protes dari komunitas santri.

Ketua PCNU Magetan, Susanto Khoirul Fatwa, menjelaskan bahwa pemilihan lokasi di Ponpes Roudhatul Huda merupakan simbol solidaritas dan refleksi mendalam atas kondisi pesantren saat ini.

“Tahun ini kami memilih melaksanakan upacara di ponpes sebagai bentuk solidaritas terhadap musibah di Buduran dan keprihatinan atas isu-isu negatif tentang pesantren dan para kyai,” ujar Susanto usai kegiatan.

Ia menambahkan bahwa langkah ini sejalan dengan arahan Pengurus Besar NU yang mendorong pelaksanaan upacara di pesantren guna memperkuat kebersamaan dan semangat ke-NU-an.

“Kami juga telah menginstruksikan seluruh Majelis Wakil Cabang (MWC) NU di Magetan untuk menggelar upacara serupa di tingkat kecamatan, agar semangat Hari Santri benar-benar membumi,” tambahnya.

Sementara itu, Nur Wahid, pengasuh Ponpes Roudhatul Huda, menyampaikan rasa terima kasihnya karena ponpes yang ia asuh dipercaya menjadi tuan rumah kegiatan ini.

“Terima kasih kepada PCNU Magetan atas kepercayaannya. Semoga momentum ini memperkuat solidaritas antar pondok pesantren dan semakin meneguhkan komitmen menjaga keutuhan NKRI,” ungkapnya haru.

Selain upacara, rangkaian peringatan HSN di Magetan juga diisi dengan pentas seni santri, atraksi pencak silat, serta ramah tamah makan bersama. Kegiatan ini menjadi bagian dari agenda nasional HSN yang tahun ini mengusung tema “Mengawal Indonesia Merdeka Menuju Peradaban Dunia.”

Secara nasional, peringatan HSN juga diramaikan dengan Gerakan Nasional Cek Kesehatan Gratis, program Makan Bergizi di pesantren, serta aksi peduli lingkungan untuk menegaskan komitmen santri menjaga alam sebagai bagian dari iman.

Di akhir acara, Ketua PCNU Magetan bersama seluruh santri dan elemen pondok pesantren Nahdlatul Ulama se-Kabupaten Magetan menyampaikan pernyataan sikap resmi sebagai berikut:

1. Mengecam keras pemberitaan yang dilakukan oleh Trans7 karena dinilai tidak sesuai fakta dan berpotensi menimbulkan kesalahpahaman di masyarakat.

2. Mengimbau masyarakat Magetan agar tetap tenang dan tidak terprovokasi oleh narasi yang dapat merugikan nama baik pondok pesantren serta mengganggu ukhuwah umat.

3. Menyerukan untuk menjaga kondusivitas Kabupaten Magetan, Provinsi Jawa Timur, dan Negara Kesatuan Republik Indonesia agar tetap aman, damai, serta menjadi baldatun toyyibatun warobbun ghofur.

Melalui peringatan HSN 2025 ini, PCNU Magetan menegaskan kembali peran santri sebagai penjaga tradisi, pelestari budaya, sekaligus garda terdepan dalam menjaga keutuhan bangsa di tengah derasnya arus modernisasi.

Dengan semangat “1000 Santri Nyelamatke Budaya”, para santri Magetan menunjukkan bahwa mereka tidak hanya mengingat sejarah, tetapi juga aktif membangun narasi positif demi kemajuan peradaban dunia.

Kusnanto – Sinergia

Bagikan ke :

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *