Ramai Gerakan “Kibarkan Bendera One Piece” Jelang HUT RI ke-80, Ada Apa ?

Image Not Found
Screenshoot akun @aliansimahasiswapenggugat, Kriswanto – Sinergia

Sinergia – Menjelang peringatan Hari Ulang Tahun ke-80 Kemerdekaan Republik Indonesia, media sosial dihebohkan dengan seruan yang tak biasa: ajakan untuk mengibarkan bendera bajak laut dari serial anime One Piece, alih-alih Sang Saka Merah Putih.

Ajakan tersebut mencuat di berbagai platform seperti Instagram dan X (dulu Twitter), dan salah satu unggahan yang paling mencolok datang dari akun @aliansimahasiswapenggugat sejak Rabu (30/07/2025). Hingga berita ini diturunkan, unggahan itu telah mengundang ribuan komentar dan memicu perdebatan luas.

Bendera bajak laut topi jerami dalam anime One Piece adalah simbol kelompok protagonis pimpinan Monkey D. Luffy—tokoh yang kerap menentang ketidakadilan dan korupsi yang dilakukan pemerintah dunia dalam cerita tersebut. Dalam unggahannya, akun tersebut menuliskan:

“Bendera Merah Putih terlalu suci untuk dikibarkan di negeri yang kotor ini. Kibarkan Jolly Rogermu sekarang, Nakama!”

Unggahan itu juga menyertakan tagar dan istilah seperti “Darurat Tenryubito”, yang merujuk pada karakter antagonis bangsawan dunia di One Piece—simbol penindas rakyat kecil.

Gerakan ini diyakini sebagai bentuk kritik sosial terhadap kondisi politik dan pemerintahan di Indonesia saat ini. Melalui simbol fiksi populer, warganet menyuarakan ketidakpuasan terhadap situasi yang dianggap tidak adil dan penuh ironi menjelang hari kemerdekaan.

Di tengah ramainya perbincangan ini, pemerintah memastikan upacara peringatan detik-detik proklamasi HUT RI ke-80 akan digelar kembali di Jakarta. Hal ini berbeda dengan tahun sebelumnya yang dilaksanakan di Ibu Kota Nusantara (IKN), Kalimantan Timur.Wakil Menteri Sekretaris Negara (Wamensesneg), Juri Ardiantoro, menjelaskan bahwa konsentrasi pembangunan di IKN menjadi alasan utama.

“Upacara detik-detik proklamasi digelar di Jakarta. Di IKN sedang dalam proses pembangunan. Jadi kami konsentrasi pembangunan,” ujar Juri saat ditemui di Kompleks Parlemen, Senayan, Kamis (16/07/2025).

Fenomena pengibaran bendera fiksi sebagai simbol perlawanan bukanlah hal baru. Namun, menjelang momen sakral kemerdekaan, seruan semacam ini memunculkan kekhawatiran akan semangat nasionalisme yang tergerus.

Sejumlah pihak menilai gerakan ini sebagai bentuk kreativitas dan kebebasan berekspresi, sementara lainnya mengecamnya sebagai tindakan tidak menghormati simbol negara.

Kriswanto – Sinergia

Bagikan ke :

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *