Atlet Porprov Diganjar Bonus Rp. 748 Juta, Kisah Fayi dari Jujitsu Raih Emas Setelah Gagal di 2022

Image Not Found
Kontingen Jujitsu borong emas di Poprov Jatim 2025 dan mendapatkan reward dari Pemkab Ponorogo, Foto: Humas Jujitsu Ponorogo/Ega – Sinergia

Sinergia | Ponorogo – Pemerintah Kabupaten Ponorogo menyerahkan bonus atau reward kepada atlet dan pelatih berprestasi dalam Pekan Olahraga Provinsi (Porprov) Jawa Timur 2025. Total dana yang digelontorkan mencapai Rp. 748 juta, sebagai bentuk apresiasi atas perjuangan mengharumkan nama daerah di kancah olahraga tingkat provinsi.

Dari jumlah itu, Rp. 605 juta dialokasikan untuk atlet, sementara Rp. 143 juta untuk pelatih. Besaran bonus bervariasi, sesuai pencapaian medali. Atlet peraih emas diganjar Rp. 45 juta, perak Rp. 10 juta, dan perunggu Rp. 5 juta. Sedangkan pelatih yang anak didiknya berhasil menyabet emas mendapat Rp. 5 juta, perak Rp. 4 juta, dan perunggu Rp. 3 juta.

Ketua Kontingen Porprov sekaligus Ketua Harian KONI Ponorogo, Sumani, menyampaikan rasa syukur atas torehan kontingen Ponorogo. Dari 143 atlet yang dikirim, mereka berhasil meraih total 38 medali. Rinciannya, 9 emas, 11 perak, dan 18 perunggu.

“Secara umum peringkatnya meningkat. Kalau sebelumnya Ponorogo di posisi 32, kini naik menjadi peringkat 27. Padahal kita hanya mengikuti 22 cabang olahraga dari total 88 cabor yang dipertandingkan. Ini sudah luar biasa,” kata Sumani.

Medali emas disumbangkan dari lima cabor, masing-masing tiga dari jujitsu, dua dari penthatlon, dua dari pencak silat, serta satu dari selam dan panjat tebing. Selain itu, atlet-atlet Ponorogo juga menorehkan perak dari cabor jujitsu (3), atletik (3), panjat tebing (2), selam (2), dan biliar (1). Sedangkan perunggu disumbang dari cabor jujitsu (3), penthatlon (2), biliar (2), petanque (2), kick boxing (2), serta masing-masing satu dari pencak silat, selam, atletik, balap sepeda, paralayang, renang, dan gantole.

Bupati Ponorogo Sugiri Sancoko, dalam kesempatan itu menegaskan bahwa bonus bukanlah tujuan utama. Namun apresiasi itu diharapkan bisa menambah semangat para atlet muda.

“Hari ini ada reward. Memang tidak banyak, tapi cukup untuk memancing dan membuat anak-anak greget berlatih. Karena juara sesungguhnya bukanlah tujuan akhir. Yang penting olahraga ini maju, indah, masyarakat sehat, dan kalau bisa berprestasi serta memberi dampak ekonomi, itu bonus tambahan,” ujar Sugiri.

Bupati juga mengucapkan terima kasih kepada pelatih, pengurus KONI, wali murid, hingga atlet yang sudah mengorbankan waktu, tenaga, dan pikiran untuk membawa Ponorogo lebih baik di Porprov

“Mampu mengusung 9 emas, 11 perak, dan 18 perunggu, ini prestasi dahsyat. Mudah-mudahan ke depan jauh lebih bagus,” tambahnya.

Di balik gemerlap bonus ratusan juta, ada kisah personal yang menarik dari para atlet. Salah satunya datang dari Fayi’ Archika Faradia, mahasiswi Universitas Negeri Surabaya, Fakultas Ilmu Keolahragaan dan Kesehatan, Program Studi Pendidikan Jasmani Kesehatan dan Rekreasi.

Perempuan 21 tahun asal Jl. Bangka, Tamanarum, Ponorogo itu sukses mempersembahkan medali emas di cabang jujitsu. Atas prestasi tersebut, Fayi berhak membawa pulang bonus Rp. 45 juta.

Namun, kemenangan itu bukanlah perjalanan yang instan. Fayi mengaku sudah mengikuti Porprov sejak 2022, tetapi gagal meraih medali karena cedera.

“Kalau Porprov baru dua kali, tahun 2022 dan 2025. Waktu 2022 saya tidak menang karena cedera,” kisahnya.

Perjuangan Fayi juga diwarnai rasa tidak percaya diri. Apalagi saat tampil di Kejurnas di Pacitan awal tahun ini, performanya sempat menurun.

“Target dari pelatih sebenarnya minimal bertahan sampai semifinal. Melihat performa terakhir, saya tidak berharap banyak. Tapi alhamdulillah bisa juara satu,” katanya sambil tersenyum.

Mendapat bonus Rp. 45 juta tentu jumlah yang besar bagi seorang mahasiswa. Fayi mengaku belum memiliki rencana khusus memanfaatkan uang tersebut.

“Kalau sekarang masih kepikiran buat ditabung dulu. Belum ada pikiran dipakai apa. Mungkin yang dekat-dekat ini untuk bantu orang tua bayar kos di Surabaya,” ungkap mahasiswi semester tujuh itu.

Kisah Fayi menambah warna dalam catatan prestasi kontingen Ponorogo. Dari sekadar angka medali, ada cerita tentang kerja keras, bangkit dari cedera, hingga bagaimana bonus dari pemerintah bisa meringankan beban pendidikan atlet muda.

KONI Ponorogo berharap capaian ini menjadi awal kebangkitan olahraga di bumi reog. Dukungan dari pemerintah daerah, keluarga, dan masyarakat diyakini akan melahirkan atlet-atlet berprestasi di level yang lebih tinggi.

“Ponorogo sudah membuktikan bisa naik peringkat dengan jumlah cabor yang terbatas. Dengan dukungan lebih serius, ke depan bukan tidak mungkin Ponorogo bisa masuk jajaran 20 besar, bahkan lebih,” ujar Sumani optimistis.

Sementara itu, Fayi menegaskan dirinya akan terus berlatih untuk mempertahankan performa.

“Alhamdulillah ada pelatih senior yang menargetkan saya emas. Meski awalnya kurang percaya diri, ternyata bisa tercapai. Semoga ke depan bisa lebih baik lagi,” pungkasnya.

Ega Patria – Sinergia 

Bagikan ke :

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *