
Sinergia | Kab. Madiun — Musim kemarau tahun ini tak sepenuhnya membawa angin segar bagi petani tembakau di Kabupaten Madiun. Fenomena cuaca tak lazim yang dikenal sebagai kemarau basah menjadi kekhawatiran tersendiri. Hal itu mengingat curah hujan masih terpantau tinggi di tengah musim yang semestinya kering.
Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) memprediksi kondisi ini akan berlangsung hingga Agustus mendatang. Akibatnya, sebagian petani memilih menunda masa tanam tembakau. Sukamto, petani asal Desa Ngale, Kecamatan Pilangkenceng, mengaku belum berani menanam tembakau. Selain masih menunggu panen padi, ia menilai cuaca saat ini terlalu tidak menentu.
“Seharusnya Juni ini sudah mulai tanam. Tapi karena kondisi seperti ini, kemungkinan mundur ke Juli,” ujarnya saat ditemui pada Selasa (10/06/2026).
Meski belum memulai tanam, Sukamto sudah mempersiapkan benih di bedengan semai di sebagian lahan sawah. Ia berharap kondisi cuaca membaik saat masa tanam tiba.
“Kalau cuaca masih begini, kami ragu. Tembakau kan butuh cuaca kering. Kalau sering kena hujan, daunnya bisa keriting, gampang layu, dan kualitasnya turun. Susah dijual,” tambahnya.
Menurutnya, meski masa tanam tembakau hanya sekitar dua bulan, kualitas tanaman sangat ditentukan oleh tingkat kelembapan. Tanaman yang terlalu sering terkena air rentan rusak dan gagal panen.
Sementara itu, Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Madiun, Sumanto, membenarkan adanya potensi gangguan akibat kemarau basah. Ia mengimbau para petani tidak tergesa-gesa memulai tanam tembakau.
“Kami sarankan menunda dulu. Kalau dipaksakan tanam saat ini, risikonya tinggi. Tanaman bisa mudah busuk dan tidak berkembang,” jelas Sumanto.
Pemerintah daerah disebut terus memantau perkembangan cuaca dan akan memberikan pendampingan teknis bagi petani agar masa tanam tembakau tidak berujung merugi.
Tova Pradana – Sinergia