
Sinergia | Ponorogo – Puluhan pelajar dari berbagai kota di se-Karesidenan Madiun memadati Lapangan Nongkodono, Desa Nongkodono, Kecamatan Kauman, Kabupaten Ponorogo, Sabtu (19/07/2025). Mereka antusias mengikuti lomba panahan tradisional yang menjadi agenda tahunan dan selalu ramai peminat.
Kejuaraan ini unik karena seluruh peserta diwajibkan menggunakan busur tradisional, tanpa alat bidik modern. Busur hanya mengandalkan tali string untuk melontarkan anak panah ke arah sasaran. Meski sederhana, para peserta tetap fokus membidik titik terbaik demi meraih poin tertinggi. Setiap peserta diberi kesempatan menembakkan lima anak panah di setiap rambahan, dengan total tujuh rambahan.
Di bawah terik matahari, konsentrasi peserta benar-benar diuji. Salah satu peserta, Namira Zakia, mengaku sempat kesulitan di awal lomba. “Agak panas sih, waktu rambahan pertama tadi anak panahnya agak melenceng-melenceng,” kata Zakia.
Peserta lain, Feby Keisha, mengaku sangat menikmati lomba kali ini meski sempat menghadapi kendala teknis. “Seru, tadi sempat rusak busur panahnya, baru dua kali ini ikut lomba panahan,” ujar Feby.
Ketua panitia, Muhammad Setiawan, menjelaskan bahwa lomba ini diikuti sekitar 100 peserta dari berbagai kategori, mulai dari SD/MI hingga SMA/MA.
“Kita selalu menggiatkan, menyemangati anak-anak, untuk terus belajar, berlatih. Dengan adanya lomba, stamina dan kemampuan mereka tetap stabil. Harapannya, panahan ini bisa menjadi olahraga rekreasi sekaligus mencetak atlet yang lebih baik ke depannya,” jelas Setiawan.
Lomba panahan tradisional di Ponorogo ini diharapkan mampu menjadi wadah untuk menumbuhkan minat generasi muda sekaligus melahirkan atlet panahan berprestasi di masa depan.
Ega Patria – Sinergia